merupakan lembaga yang berkonsentrasi pada pemenuhan layanan pendidikan inklusif yang berkualitas melalui berbagai program diantaranya pelatihan dan kursus, Workshop, In House Training (IHT), Asesmen, pendampingan, konsultan, pengadaan Sarpras & Media Ajar untuk Intervensi dan Belajar di Kelas.
Berpengalaman menjadi konsultan pendidikan inklusi dan memberikan pelatihan serta bimbingan terhadap GPK (Guru Pembimbing Khusus), Sekolah dan Masyarakat.
Selama lebih dari 20 tahun PT. Darel Edukasi Utama telah menangani berbagai macam dan jenis kebutuhan khusus yang dimiliki oleh peserta didik (PDBK) pada sekolah-sekolah laboratorium yang dikelolanya.
Beberapa jenis PDBK yang telah mendapatkan pelayanan kami diantaranya: Autism, Deaf-blindness, Deafness, Developmental delay (DD), Emotional disturbance (ED), Hearing impairment, Intellectual disability, Multiple disabilities (MDS), Orthopedic impairment, Other health impairment (OHI), Specific learning disability (SLD), Speech or language impairment, Traumatic brain injury (TBI), Visual impairment, including blindness.
Compre-assessment merupakan asesment yang dilakukan tim pakar (pakar pendidikan inklusi, psikolog, dan tester) setiap tahun pelajaran pada setiap jenjang untuk memverifikasi karakteristik PDBK, mengukur tingkat pola asuh dan daya dukung keluarga dalam mendukung dan berkolaborasi melalui teknik In-depth interview (Family Microsystem), mengukur baseline kemampuan akademik dan non-akademik PDBK (Academic and Non-Academic Baseline) yang akan digunakan dalam pembuatan profil peserta didik (Student Profile) dan Program Pembelajaran Individual (PPI) setiap semester atau tahun.
Psikososioedukasi adalah proses asesmen pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman individu tentang aspek-aspek psikologis, sosial, dan emosional dalam pembelajaran di kelas. Asesmen ini melibatkan pembelajaran tentang keterampilan interpersonal, pengelolaan emosi, dan penanganan stres untuk mendukung kesejahteraan mental dan hubungan sosial yang lebih baik.
Pelatihan dan kursus diadakan selama 3 (tiga) pekan di sekolah inklusif yang telah divalidasi PT Darel Edukasi Utama. Durasi selama 1 (satu) pekan berupa pemberian teori dan 2 (dua) pekan berikutnya praktik di kelas inklusif. Kelas dibuka sebanyak 10 (sepuluh) peserta untuk satu karakteristik. Karakteristik yang tersedia meliputi: Autism Spectrum Disorder (ASD), Attention Deficit and Hiperactivity Disorder (ADHD), Intellectual Disability (ID), dan Learning Disability (LD).
Tim mendampingi kepala sekolah dan/atau wakil dalam menyusun kurikulum pendidikan inklusif beserta kelengkapan dokumen pembelajaran dan asesmen yang digunakan di kelas inklusif. Memastikan kurikulum berjalan dengan baik melalui kunjungan kelas, supervisi, dan sesi konsultasi bersama guru secara kolaboratif.
Guna memantau progres hasil compre-assesment, tim melakukan pendampingan dan bimbingan kepada guru dan/atau BK di sekolah untuk mendukung sejumlah tantangan sekaligus mendokumentasikan perbaikan dan penyempurnaan profil, PPI, dan target pembelajaran di kelas.
Tim men-create (menyusun) prosedur operasional standar (POS) dalam mewujudkan Unit Layanan Disabilitas, merekomendasikan sarana dan prasarana yang mesti dipenuhi, mempersiapkan SDM dan melatihnya, serta memantau keterlaksanaan ULD sesuai tugas dan fungsinya yang termaktub dalam ketentuan perundang-undangan.
In-House Training diperuntukkan bagi guru, bimbingan konseling, guru pembimbing khusus (GPK), wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Kepala Sekolah. In-House Training diselenggarakan 3 - 5 hari sesuai sasaran peserta.
Peserta didik dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering sekali mengalami gangguan perilaku, berupa; prilaku agresif dan destruktif, terkadang hal ini membawa resiko bukan hanya kerugian tetapi juga sangat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Berdasarkan hasil kajian sistematik riview, peneliti dari Cardif University, UK pada tahun 2024, bahwa ada 4 papers yang melaporkan penembakan masal di tempat umum dan pelakunya adalah individu dengan ASD.
Christensen menyatakan bahwa pelaku disruptive inovation yang akan memimpin di masa kini dan masa depan, dalam hal ini berlaku juga pada sekolah, sekolah yang unggul adalah sekolah mampu menghadapi perubahan yang bergerak zig-zag, dinamis, dan penuh akselarasi, yang merupakan karakteristik era revolusi industri 4.0. Sekolah yang mampu berubah dan bergerak sangat cepat adalah sekolah inklusi, sekolah yang memiliki karakter sebagai berikut:
Pengajaran naturalistik direkomendasikan dan terbukti efektif untuk membelajarkan peserta didik berkebutuhan khusus di kelas inklusif (Snyder dkk., 2015; Ipek & Dikici-Sigirtmac, 2023). Pengajaran ini tidak semata-mata mengedepankan generalisasi (proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal, dan sebagainya), tetapi dapat pula meningkatkan berbagai keterampilan seperti keterampilan bahasa dan komunikasi serta pengembangan keterampilan sosial (Grisham-Brown dkk., 2006).
Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) melalui sintaknya berpotensi besar menciptakan pendidikan inklusif bagi semua peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi hingga saat ini menjadi topik hangat dalam pendidikan selama dua dekade terakhir (Sun & Xiao, 2021). Banyak sekolah di seluruh dunia menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk menciptakan ruang kelas inklusif (Gheyssens, Coubergs, 2020; Jarvis, 2017; Sharp, 2018). Pembelajaran berdiferensiasi merupakan kerangka kerja pedagogis dan praksis yang membahas diversitas peserta didik di kelas (Frankling, 2017; Pozas, 2019) melalui aspek pemenuhan kebutuhan individu setiap peserta didik di kelas serta mengakui perbedaan di antara peserta didik, memastikan guru memahami kesiapan peserta didik, mengoptimalkan minat peserta didik, meningkatkan aksesibilitas peserta didik terhadap konten, beradaptasi dengan preferensi peserta didik untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan (Tomlinson, 2014).
Aktivitas bermain sangat lekat dengan manusia, hingga filsuf asal Belanda mendefinisikan Manusia adalah (Homo Ludens) makhluk yang bermain (Huizinga, 1938). Jeni Riley, 2004 menguraijelaskan bahwa model pembelajaran yang baik bagi anak adalah play-based-activiting. Bermain sebagai landas tumpu bagi semua aktivitas. Bermain memberi kesempatan bagi anak untuk merasakan berbagai nilai tambah pengalaman dengan sesama dan benda, melakukan eksplorasi yang relatif sangat luas sesuai perkembangan usianya.